Covid-19 Masih Melanda, Produksi Kelapa Pandan Wangi Melonjak Tajam
Diposting Sabtu, 26 Juni 2021 08:06 pmSUMUT- Ditengah pandemi Covid-19 yang masih melanda, bahkan kian melonjak ini, pasti sangat mempengaruhi perekonomian dan seluruh sektor terdampak termasuk sektor pertanian khususnya sub sektor perkebunan. Namun hal tersebut tak mematahkan semangat Jasman Silitonga, selaku Pengelola kebun Kelapa Pandan Wangi Sumatera Utara.
“Karena kelapa pandan wangi inilah yang membuat kita tidak terlalu terdampak di masa pandemi ini, justru kelapa pandan wangi ini malah menjadi booming,” kata Jasman Silitonga saat diwawancarai oleh tim Ditjen Perkebunan di lokasi produsen benih Kelapa Pandan Wangi, Pantai Cermin Kanan, Kab Serdang Bedagai Sumatera Utara, bersama dengan tim dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan (17/06/2021).
Jasman Silitonga mulai menggeluti usaha kelapa pandan wangi ini sejak tahun 2001. Dulu kita anggap kelapa pandan wangi sebagai komoditas yang bagus untuk dikembangkan karena cukup unik, manis dan produksinya tinggi, kita pikir hanya untuk kalangan menengah ke atas saja karena di Thailand dikonsumsi dikalangan menengah ke atas saja karena harga dan penampilannya yang unik.
“Harumnya tak hanya dibuahnya saja, jadi kalau namanya kelapa pandan wangi, itu mulai dari akar, buah, sampai daunnya, batangnya pun, sampai niranya juga aroma pandan. Kalau untuk rasanya berbeda dengan kelapa pada umumnya. Limbahnya pun bisa dijadikan pupuk alami. Semua bermanfaat tidak ada yang terbuang,” katanya.
Menurut Jasman, peluang kelapa pandan wangi masih terbuka sangat luas, karena sampai saat ini banyak permintaan yang datang dari Surabaya, Jakarta, dan kota-kota lainnya, namun kita belum sanggup karena kuota produksi kita hanya cukup untuk memenuhi benih saja. “Nah terakhir kita ada juga permintaan dari Hainan, Belanda, dan Singapur, namun belum kita sanggupi, karena kita belum ada siapkan kebun untuk produksi buah muda secara besar-besaran, kita diminta Dinas Perkebunan untuk fokus di pembenihan supaya ini dapat berkembang luas di Indonesia,” ujarnya.
Beberapa tahun kedepan, Lanjut Jasman, kegiatan Sumatera Utara umumnya akan dikenali orang sebagai penghasil kelapa eksotik. Beberapa kabupaten sudah mulai tanam, pengadaan dari provinsi di sekitar 11 kabupaten, dimana selama 4 tahun dilakukan pengembangan besar-besaran di Aceh. Mereka minta semua buah produksi benihnya mereka tampung, tetapi tidak disetujui Pemulia karena tidak diperbolehkan memonopoli satu wilayah saja, karena kelapa harus disebarkan ke seluruh Indonesia.
“Dulunya orang cuek saja, sekarang banyak peminat kelapa pandan wangi ini, selain dibutuhkan lokal bisa juga diekspor besar-besaran seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina, mereka sudah buat dalam bentuk kemasan softdrink dan lainnya, tapi kuota mereka terbatas karena lahan mereka kurang, kalau Indonesia masih banyak lahan, masih memungkinkan menjadi penguasa kelapa kedepan,” ujar Jasman.
Menurut Jasman, “Sebelum-sebelum ini kan luasan kebun kelapa tiap tahun menurun, semenjak ada pandan wangi ini kita dengar malah meningkat, mungkin salah satu yang tidak terdampak langsung pandemi ya kelapa pandan wangi ini.”
Selain benih kelapa, Lanjut Jasman, kita juga ada olahan hasil kelapa, berupa buah muda, kita bentuk menggunakan mesin seperti piramid atau gelas, namun saat ini masih terbatas hanya untuk langganan-langganan lama saja. “Selain itu, rencananya kami akan olah jus kelapa, dari air kelapa pandan wangi kita ini dicampur dengan perasan buah santannya, selain kita mempertahankan kualitas dan mutunya, kita juga akan kreasikan kemasannya supaya lebih menarik perhatian. Karena lain bentuk menambah nilai daya jualnya,” katanya.
Jasman menambahkan, Jadi kita selaku pengelola atau pekebunnya mudah-mudahan sampai saat ini hingga seterusnya tidak terlalu terdampak pandemi. “Karena pemanfaatan air kelapa muda identik untuk kesehatan, mengandung antioksidan tinggi, dan dipercaya dapat mencuci darah atau menetralkan suhu dalam tubuh serta banyak manfaat lainnya, dimana banyak orang yang terdampak virus ini mereka justru langsung memesan kelapa ini,” katanya.
Menurut Jasman, Untuk target pasar kita ke restoran-restoran, hotel-hotel dan supermarket. “Terkait harga, bedanya harga kelapa pandan wangi dengan kelapa dipasaran atau kelapa biasa yang tidak ada aroma pandannya, kalau di Medan dan sekitarnya harganya Rp. 10.000 perbutirnya, kalau kelapa pandan wangi perbutirnya sudah Rp. 35.000, sudah kita kemas dalam bentuk piramid ataupun bentuk gelas. Piramid kelapa ini biasa kita jual di minimarket, supermarket, restoran, dan hotel bintang 5,” katanya.
Sedangkan untuk nilai kelapa mudanya, Lanjut Jasman, yang belum dikupas dan belum dibentuk olahan dari kebun kita jual Rp. 15.000, kalau sudah kita bentuk piramid ataupun bentuk gelas akan menaikan harga jualnya menjadi Rp. 35.000 perbutirnya, kalau kita jual dalam bentuk benih harganya Rp. 180.000 perbenihnya.
Cita-cita kita, Lanjut Jasman, kelapa pandan wangi ini dijadikan minuman khas Sumatera Utara, apabila ada tamu-tamu daerah dijamu dengan pandan wangi ini, sehingga semakin banyak orang yang mengenal kelapa pandan wangi, dan kita siap membantu untuk menjadikan kelapa pandan wangi ini jadi minuman khas dari Sumatera Utara.
“Kemasan atau bentuk dari olahan kelapa pandan wangi juga sangat perlu diperhatikan dan dikreasikan, sehingga lebih memiliki daya tarik dan daya saing jual, karena tentunya kedepannya tak hanya lokal saja target pasarnya melainkan bisa menembus pasar luar juga,” ujar salah satu tim Ditjen Perkebunan saat menelusuri hamparan kebun kelapa pandan wangi. (DAP)