KUNCI SUKSES PROGRAM PERTANIAN ORGANIK; FOKUS, RESPONSIF DAN KOLABORATIF
Diposting Senin, 03 April 2023 10:04 amChristina O. M, Muklasin & Wahyunita
Pada era pertanian 4.0, dunia usaha dan konsumen menuntut terciptanya produk organik yang sudah tersertifikasi. Tuntutan tersebut dikarenakan masyarakat sudah mulai memiliki kesadaran akan pentingnya kesehatan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah membentuk Program Desa Pertanian Organik. Program yang dituangkan oleh Presiden Joko Widodo-Yusuf Kalla pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 di Kabinet Kerja Indonesia. Renstra tersebut berisi tentang pengembangan Sistem Pertanian Organik pada 1000 (seribu) desa, khusus tanaman perkebunan rakyat ditargetkan sebanyak 150 (seratus lima puluh) desa menyebar di seluruh Indonesia.
Dukungan terhadap program tersebut diberikan melalui penyusunan peraturan-peraturan perundangan guna mendukung dan menjamin pelaksanaan program sesuai target. Diantaranya adalah Peraturan Menteri Pertanian Nomor 64 Tahun 2013 tentang Sistem Pertanian Organik dan diberlakukannya SNI 6729: 2013 yang telah direvisi menjadi SNI 6729: 2016 tentang Sistem Pertanian Organik, Keputusan BPOM dan Peraturan Daerah (PERDA).
Program desa organik ini direncanakan berbentuk kawasan dimana lokasi atau hamparan kebun-kebun yang tergabung dalam kelompok tani organik berada pada satu desa atau kecamatan. Dalam program ini, pemerintah tidak hanya membantu petani dalam penyediaan fasilitas sarana dan prasarana, tetapi juga memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan. Beberapa pelatihan yang dilakukan adalah pelatihan pembuatan pupuk organik cai/padat (POC/POP), pembuatan pestisida organik/metabolit sekunder, pembuatan dan perbanyakan Agensia Pengendali Hayati (APH), pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL) dan produk-produk yang dapat membantu petani sebagai upaya mendukung terciptanya kebun organik di masing-masing kebun petani. Tidak hanya itu, petani juga dibantu dan dibimbing dalam hal pemasaran produk organik.
Namun, dalam proses perjalanan menuju terbentuknya kebun organik yang ideal banyak paling tidak ditemukan lima kendala dan tantagan utama. Pertama, kendala sumber daya manusia (SDM). Hal yang paling sulit dilakukan adalah merubah pola pikir petani untuk menerima dan melaksanakan konsep pertanian organik. Konsep serba instan dengan hasil yang maksimal, dengan pemanfaatan bahan-bahan kimia yang sudah melekat selama bertahun-tahun, sangat sulit untuk dirubah. Mereka sangat sulit menerima hal-hal baru, sehingga perkebunan mereka tidak berkembang. Pola pikir terhadap bantuan sarana dan prasarana yang diberikan pemerintah, juga setali tiga uang, sebagian petani masih menganggap bahwa bantuan tersebut hanya berlaku selama tahun berjalan, sehingga bantuan yang diberikan tidak dirawat dan tidak dimanfaatkan secara maksimal.
Kedua adalah kendala produksi. Petani sulit menerima konsep organik karena beranggapan jika mengikuti program organik produksi akan menurun. Memang benar, pada tahun pertama dan kedua produksi akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena tanah yang tadinya sudah jenuh akibat penggunaan pupuk kimia secara terus menerus, bila diolah dengan sistem organik, maka pemulihannya memerlukan waktu yang cukup lama. Alhasil, banyak petani kembali menggunakan produk kimia seperti pupuk dan obat-obatan. Berbeda halnya bila petani konsisten melakukan pemupukan maka pada tahun ketiga produksi akan pulih kembali, bahkan meningkat jika dibandingkan dengan saat penggunaan pupuk kimia. Penggunaan pupuk organik secara konsisten dan terus menerus menyebabkan tanaman tidak mengalami trek.
Ketiga kendala waktu. Kesibukan atau keterbatasan waktu dalam membagi antara mengelola kebun dengan pekerjaan lainnya guna menambah pendapatan keluarga, menjadi kendala tersendiri. Tidak dapat dipungkiri bahwa mata pencaharian petani tidak bergantung hanya pada satu jenis pekerjaan, jadi selain menggarap kebun petani juga mengerjakan pekerjaan lainnya yang dianggap dapat membantu keuangan rumah tangga. Kondisi inilah yang menyebabkan petani tidak maksimal dalam melaksanakan program pertanian organik.
Keempat kendala pemasaran dan harga. Pemasaran produk organik dengan harga yang sesuai dengan harapan petani belum menemukan titik temu. Ada eksportir yang bersedia membayar harga lebih mahal tetapi dengan kuantitas tertentu. Hal ini sulit dipenuhi petani karena panen mereka masih sangat sedikit. Untuk pemasaran dalam negeri biasanya terkendala dengan harga. Para pembeli masih menyamakan harga produk organic dengan produk non organik, sementara petani berharap harga lebih tinggi karena menganggap produk organik memiliki banyak kelebihan. Harga produk organik dan non organik masih diharhagi dengan harga yang sama, sementara proses yang dilakukan lebih rumit dalam menghasilkan produk organik.
Kelima kendala soliditas anggota kelompok tani. Kendala ini merupakan kendala yang paling penting. Apabila petani tidak solid dan tidak kompak, maka program dan rencana kerja yang telah disusun tidak akan terlaksana dengan baik. Seringkali petani mengalami perpecahan dalam menyikapi suatu kondisi. Misalnya adanya bantuan sarana dan prasarana dari pemerintah menimbulkan saling kecurigaan antara anggota kelompok dan biasanya berakhir dengan perpecahan.
Kelima kendala di atas merupakan tantangan besar bagi pemerintah untuk menjawab pertanyaan “Akankah pertanian organik berhasil?”. Harus dicari jalan keluar atau solusinya. Pembinaan dan pendampingan yang dilakukan pemerintah harus menciptakan suasana yang kondusif sehingga petani bias Fokus, Responsif dan Kolaboratif. Petani harus Fokus terhadap tujuan program pertanian organik, yaitu memperbaiki kualitas lahan dan lingkungan serta memperbaiki kualitas ekonomi. Persoala-persoalan yang tidak penting jangan sampai mengganggu berjalannya program. Pelatihan yang telah diikuti harus diterapkan dikebun masing-masing. Yang kedua adalah Responsif. Petani harus tanggap, cepat memberi respon terhadap apa yang telah menjadi tujuan bersama. Respon yang baik terhadap bantuan sarana dan prasarana dengan cara memanfaatkannya dengan semaksmal mungkin. Respon yang cepat dan maksimal terhadap apa yang menjadi keputusan bersama. Tidak ada anggota petani yang tidak peduli terhadap program. Yang terakhir adalah Kolaboratif. Kunci sukses program ini adalah adanya kolaborasi, saling kerja sama, bantu membantu dan bergotong royong antara anggota kelompok tani untuk mewujudkan tujuan program ini. Kolaborasi tidak hanya dilakukan terhadap sesama anggota kelompok tetapi juga kepada pihak-pihak lain yang dapat bersinergis demi tercapainya tujuan program ini.
Referensi
Badan Standarisasi Nasional. 2013. Sistem Pertanian Organik. SNI 6729:2013.
Direktorat Jenderal Hortikultura. Kementerian Pertanian. 2015. Pedoman Teknis Pengembangan Desa Pertanian Organik Berbasis Komoditas Perkebunan Tahun 2015. Jakarta.
IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Association). 2006. Prinsip-prinsip Pertanian Organik. IFOAM General Asembly.
Mawardi, R. 2002. Pertanian Organik; Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius.
Media Perkebunan. 2016. Proses Program Desa Pertanian Organik (Studi Kasus pada Kelompok Tani Sarinah Organik, Desa Bumiwangi, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat). Bandung. www.perkebunannews.com.