BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Pengendalian Serangan Penyakit dan Gulma Pada Tanaman Perkebunan Serai Wangi

Diposting     Rabu, 09 November 2022 12:11 pm    Oleh    Admin Balai Medan



Namsen SS Girsang, SP. (POPT Ahli Muda)
Sumber Devisa Negara Indonesia salah satunya berasal dari sektor pertanian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam meningkatkan pendapatan masyarakat di Indonesia, karena mayoritas penduduk Indonesia bekerja sebagai petani yakni sebanyak 39,68 juta orang atau 31,86 persen dari jumlah penduduk bekerja yang jumlahnya 124,54 juta orang (Badan Pusat Statistik, 2017).
Selain 5 komoditas utama tanaman perkebunan yaitu Kopi, Karet, Kakao, Kelapa Sawit, dan Kelapa terdapat komoditas unggulan lainnya yang sangat diminati yaitu serai wangi (Cymbopogon Nardus L.). Tak dapat dipungkiri hasil olahan komoditas perkebunan selalu diminati dunia dan kaya akan manfaatnya. Serai wangi (Cymbopogon Nardus L.) merupakan salah satu komoditi perkebunan yang dapat digunakan sebagai bahan baku didalam pengolahan minyak atsiri maupun sebagai komoditi ekspor (Rusli et all, 1979 :35)
Minyak serai wangi adalah salah satu komoditas atsiri yang sangat prospektif di antara 12 minyak atsiri yang diekspor oleh Indonesia. Permintaan minyak serai wangi cukup tinggi bahkan cenderung meningkat, tetapi harganya stabil. Pertumbuhan ekspor minyak serai wangi cukup tinggi berkisar 9–10%. Data ekspor BPS menunjukkan bahwa kontribusi minyak serai wangi (citronella oil) terhadap pendapatan ekspor minyak atsiri sekitar 6,89%, ketiga terbesar setelah minyak nilam (patchouli oil) sekitar 60% dan minyak akar wangi (vetiner oil) sekitar 12,47% (Sulaswatty, 2019 : 2).
Manfaat minyak serai wangi sangat beragam antara lain sebagai bahan baku industri sabun, parfum, kosmetik, antiseptik, aromaterapi, dan sebagai bahan aktif pestisida nabati. Adapun saat ini perusahaan besar banyak menggunakan minyak serai wangi sebagai bahan baku industri rumah tangga seperti sabun atau produk lain.
Berdasarkan dari data BPS mulai tahun 2014 sampai 2018 diketahui bahwa potensi pasar dan produksi minyak atsiri termasuk komoditi nonmigas potensial Indonesia yang trend ekspornya terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebagai informasi ekspor minyak atsiri mengalami peningkatan dari tahun 2014 sampai 2018 sebesar 15,3%. Negara tujuan ekspor minyak atsiri Indonesia adalah Amerika Serikat yang di ikuti Spanyol, Singapura, India, Cina dan Prancis. Data menunjukkan konsumsi minyak atsiri meningkat 10% tiap tahunnya yang belum sepenuhnya dioptimalkan oleh produksi minyak atsiri Indonesia. Kenaikan tersebut terutama didorong oleh perkembangan kebutuhan untuk industry food flavouring, industri kosmetik dan wewangian (Mulyadi,2009:11).
Beberapa tahun terakhir produksi minyak serai wangi mengalami penurunan. Dari literatur yang didapat bahwa penurunan produksi ini karena belum banyak petani yang mengembangkan usahatani serai wangi karena masih banyak petani yang belum memanfaatkan lahan kosong mereka untuk dimanfaatkan padahal harga minyak hasil penyulingan serai wangi cukup tinggi yakni mencapai Rp 350.000/kilogramnya serta permasalahan mutu minyak serai wangi Indonesia belum memenuhi mutu internasional. Untuk memecahkan masalah mutu serai wangi yang belum memenuhi standar ekspor, Departemen Perindustrian telah menentukan standar mutu minyak serai wangi dan Balittro (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik) Bogor telah melakukan seleksi plasma nutfah serai wangi dari berbagai sentra produksi. Hasil seleksi didapatkan 4 klon yang memenuhi syarat, yakni G1, G2, G3 dan G113. Keempatnya berasal dari klon Maha Pengiri dan telah dilepas oleh Menteri Pertanian pada tahun 1992 sebagai klon unggul dengan nama serai wangi 1, serai wangi 2, serai wangi 3, dan serai wangi 4 (Daswir dan Kusuma, 2006 : 16).
Kementerian Pertanian terus berupaya mendorong petani untuk melakukan pengembangan komoditas maupun agribisnis tanman pertanian termasuk perkebunan dengan terus meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu hasil secara optimal dan berkesinambungan (Ditjenbun, 2020)
Daerah penghasil minyak serai wangi Indonesia yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur, dengan daerah penghasil utama adalah Jawa Barat. Saat ini serai wangi sudah dikembangkan pula di daerah Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Nangroe Aceh Darusalam dan Sumatera Barat (Daswir dan Kusuma, 2006 : 13).
Sumatera Utara saat ini juga merupakan salah satu penghasil minyak serai wangi. Beberapa penghasil serai wangi di wilayah sumatera utara adalah Kabupaten Deliserdang, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara. Dalam budidaya serai wangi produktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh sistem budidaya tanaman, serangan penyakit serta gulma. Meski dilaporkan bahwa selama pembudidayaan tanaman serai wangi cukup aman dalam serangan hama dan penyakit dan bila ada serangan masih jauh dibawah ambang ekonomi, perlu tetap dilakukan langkah pencegahan.
Gulma pada tanaman serai wangi
Terdapat beberapa jenis gulma yang dapat menimbulkan kerugian apabila tidak dilakukan upaya pencegahan peningkatan populasi gulma. Gulma yang sering ditemukan diareal perkebunan serai wangi adalah gulma poaceae, cyperaceae dan asteraceae (Herwita, dkk, 2015).
Penyakit Pada Tanaman Serai Wangi
Penyakit utama yang menjadi kendala dalam budidaya serai wangi adalah penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Curvularia andropogosnis. Gejala penyakit berupa bercak cokelat, baik ditengah maupun di tepi daun. Penyakit bercak daun menyerang semua varietas serai wangi (Serai wangi 1, Sitrona Agribun 1 dan Sitrona Agribun 2). Gejala penyakit ini ditemukan pada setiap kebun bervariasi, biasanya kebun serai wangi pada dataran rendah lebih berat serangannya dibandingkan bila ditanam di dataran yang lebih tinggi).

Gambar 4. Serai wangi yang terserang penyakit bercak daun
Pengendalian Penyakit Bercak Daun
Pengendalian penyakit bercak daun dapat dilakukan dengan cara Kultur Teknis, Mekanis dan Kimiawi.
a. Kultur Teknis
Pengendalian secara kultur teknis yaitu melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang tahan terhadap penyakit bercak daun, menggunakan benih bebas penyakit (berasal dari tanaman sehat, tidak terkena bercak daun), menjaga lahan tidak tergenang dengan membuat drainase secara baik, melakukan penyiraman untuk pencucian daun setelah hujan untuk menghindari pathogen yang menempel pada daun.

b. Mekanis/fisik
Pengendalian secara fisik/mekanis dilakukan dengan cara mencabut tanaman serai wangi yang terserang penyakit bercak daun dan memusnahkan tanaman yang terserang dengan cara pembakaran tanaman yang sakit.

c. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dilakukan apabila tingkat serangan sudah mencapai diatas ambang ekonomi. Pengendalian dapat dilakukan dengan cara penyemprotan dengan menggunakan fungisida. Jenis fungisida yang dapat digunakan seperti fungisida dengan berbahan aktif Prokloras dan propikonazol.

Kesimpulan
1. Serai wangi salah satu komoditi perkebunan yang dapat digunakan sebagai bahan baku didalam pengolahan minyak atsiri maupun sebagai komoditi ekspor.
2. Minyak serai wangi adalah salah satu komoditas atsiri yang sangat prospektif di antara 12 minyak atsiri yang diekspor oleh Indonesia.
3. Sumatera Utara saat ini merupakan salah satu penghasil minyak serai wangi yaitu Kabupaten Deliserdang, Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara.
4. Gulma yang sering ditemukan diareal perkebunan serai wangi adalah gulma poaceae, cyperaceae dan asteraceae.
5. Penyakit utama yang menjadi kendala dalam budidaya serai wangi adalah penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Curvularia andropogosnis.
6. Pengendalian penyakit bercak daun dapat dilakukan dengan cara Kultur Teknis, Mekanis dan Kimiawi.

Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistika, 2018. Statistik Lahan Sumatera Barat 2018. Padang.
Daswir dan Kusuma, 2006. Pengembangan Tanaman Serai Wangi Di Sawahlunto Sumatera Barat. Bulletin Dan Penelitian Tanaman Rempah Dan Obat, Vol.XVII No. 1, 12-22.
Ditjenbun, 2020. Tingkatkan Nilai Perekonomian Pekebun. Kementan Dorong Budidaya Serai Wangi di Brebes. Pojok Media.
Herwita dan Nurmansyah, 2015. Ketahanan Empat Klon Serai Wangi Terhadap Fusarium sp, Pestalotia sp dan Curvularia sp pathogen Penyebab Bercak Daun. Bulletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Obatan. ISSN 0215-0824.
Mulyadi, R. M, 2009. Minyak Atsiri Indonesia. Dewan Atsiri Indonesia dan IPB.
Rusli, M. S, 2010. Sukses Memproduksi Minyak Atsiri. Agromedia Pustaka.
Sulaswatty, Anny dkk, 2019. Quo Vadis Minyak Serai Wangi dan Produk Turunannya. Jakarta :LIPI Press.
https://www.suara.com/health/2021/08/10/131346/11-manfaat-minyak-serai-atasi-mual-hingga-redakan-stres
https://pertanian.pontianak.go.id/artikel/48-gulma-dan-cara menanggulanginya.html#:~:text=%2Dpakisan%20(fern),Gulma%20Rerumputan%20(Grasses),atau%20agak%20pipih%2C%20kebanyakan%20berongga


Bagikan Artikel Ini