EKSPLORASI STARTER Tetrastichus, INANG DAN PAKAN Brontispa DI KABUPATEN LANGKAT DAN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA
Diposting Senin, 06 Mei 2024 09:05 amIda Roma Tio Uli Siahaan, Sry Ekanitha Pinem, Ferry A.W. Siagian dan Kristina Renawati Turnip
Tanaman kelapa merupakan salah satu komoditas perkebunan yang banyak ditanam masyarakat karena memiliki banyak manfaat. Hasil panen kelapa dapat dimanfaatkan sebagai salah satu bahan kebutuhan pokok manusia yaitu sebagai minyak goreng. Selain itu industri olahan lainnya juga membutuhkan kelapa sebagai bahan bakunya seperti dalam industri kosmetik dan industri makanan serta minuman. Masyarakat banyak yang menanam kelapa dalam hamparan maupun sebagai tanaman pekarangan.
Brontispa sp. merupakan salah satu hama atau kumbang penggerek pada tanaman kelapa. Hama ini menggerek bagian pucuk tanaman kelapa sehingga dapat menimbulkan kerusakan dan hambatan pertumbuhan terutama pada tanaman muda (TBM). Stadium larva dan imago Brontispa merupakan fase yang paling merusak karena memakan daun kelapa dengan cara menggerek daun di bagian janur (daun muda).
Salah satu pengendalian terhadap Brontispa sp. yang aman dan ramah lingkungan adalah dengan memanfaatkan musuh alami. Musuh alami yang diketahui dapat menekan serangan Brontispa adalah dengan memanfaatkan parasitoid pupa yaitu Tetrastichus. Pemanfaatan Tetrastichus dapat dilakukan dengan melepas parasitoid tersebut di pohon-pohon kelapa terserang terutama pada tanaman muda yang masih pendek. Mengingat ketersediaan parasitoid secara alami di lapangan masih sangat terbatas maka dapat dilakukan pengembangan Tetrastichus di laboratorium. Langkah awal pengembangan Tetrastichus adalah dengan cara eksplorasi di lapangan untuk mendapatkan pupa Brontispa yang terinfeksi secara alami.
Salah satu peran BBPPTP Medan untuk membantu petani dalam pengendalian Brontispa adalah dengan pengembangan Tetrastichus sebagai parasitoid Brontispa. Untuk itu POPT BBPPTP Medan melakukan eksplorasi pupa Brontispa yang terinfeksi dari lapangan. Eksplorasi dilakukan dengan mencari tanaman kelapa yang terserang Brontispa dan mengambil pupa terinfeksi untuk dikembangkan di laboratorium.
Ekplorasi parasitoid dilaksanakan di Desa Aracondong Kacamatan Stabat Kabupaten Langkat dan untuk Kabupaten Deli Serdang dilakukan di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan. Serangan Brontispa dilihat dari pucuk atau janur kelapa yang terlihat memiliki gerekan berwarna coklat tua hingga kehitaman. Serangan lama terlihat dari daun pucuk yang sudah terbuka, kering dan tampak seperti terbakar. Janur kelapa terserang kemudian dipotong dengan menggunakan pisau/cutter.
Gambar 1. Pengambilan janur kelapa terserang Brontispa di Kabupaten Langkat
Pemotongan janur dilakukan tanpa mengenai titik tumbuh kelapa agar pertumbuhan kelapa tidak terganggu. Janur yang dipotong kemudian diletakkan dan dibungkus di dalam kertas yang kedua ujungnya diikat agar larva, pupa atau telur yang berada di dalam pelepah pucuk tidak terjatuh. Selanjutnya bungkusan berisi pucuk terserang dibawa ke laboratorium. Larva, telur, pupa da imago yang terdapat di dalam bungkusan dari lapangan segera dipindahkan ke dalam kotak-kotak pemeliharaan yang ada di laboratorium. Pupa yang ditemukan di dalam janur kemudian dipisahkan ke dalam botol/test tube. Pupa ini dibiarkan untuk melihat apakah ada yang terinfeksi secara alami sehingga dapat menjadi starter parasitoid.
Gambar 2. Pengambilan janur kelapa terserang Brontispa di Kabupaten Deli Serdang