KUNJUNGAN BBPPTP MEDAN KE PROVINSI SUMATERA SELATAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KERJASAMA LABORATORIUM PROTEKSI
Diposting Jumat, 23 Desember 2022 07:12 amHilda Syafitri Darwis*, Asnilawarni**, dan Iin Suwita***
Dalam era yang semakin terbuka, disruptif, dan tanpa batas sekarang ini, BBPPTP Medan, sebagai salah instansi pemerintahan di bawah Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian dituntut untuk profesional dan selalu memberikan pelayanan prima dalam mengatasi permasalahan-permasalahan perkebunan terutama di bidang perlindungan tanaman.
Salah satu infrastruktur penunjang dalam kegiatan perlindungan tanaman adalah laboratorium. Laboratorium perlindungan tanaman mempunyai tugas menghasilkan beberapa teknologi pengendalian OPT. Selain itu laboratorium juga sebagai tempat dalam melaksanakan kegiatan teknis pengujian atas suatu bahan/produk bahan pengendali (APH/Pestisida) untuk mengetahui mutu/karakteristik bahan/produk tersebut.
Diharapkan laboratorium yang ada dilingkup wilayah kerja Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan mampu memaksimalkan peralatan Laboratorium yang ada untuk menghasilkan teknologi-teknologi pengendaalian termasuk diantaranya memproduksi APH baik dalam jumlah maupun jenisnya secara kontiniu.
Guna menunjang kinerja Laboratorium Proteksi BBPPTP Medan tersebut maka telah dilaksanakan Kegiatan Pengembangan Kerjasama Laboratorium Bidang Proteksi, Bimbingan Teknis dan Pengambilan Sampel Agen Pengendali Hayati (APH) yang dilaksanakan di UPTD BPTP Dinas Perkebunan & Pusat Penelitian Karet Sumbawa Provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan ini diawali dengan melakukan koordinasi petugas BBPPTP Medan dengan Kepala, Kasi Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dan Kasi Pengendalian OPT Perkebunan, UPTD Proteksi Dinas Perkebunan Sumatera Selatan (H. Harri Candra, SE, SP,M.Si., Ritha Rosalina, S.Si, M,Si, dan Ir. Sri Suryani). Konsultasi ke Pusat Penelitian Karet Sembawa. Diskusi dilakukan oleh petugas BBPPTP Medan dan UPTD Proteksi Dinas Perkebunan Sumatera Selatan dengan Kabag. Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian Karet Sembawa (Bpk. Dr. Radite Tistama).
Hasil koordinasi BBPPTP Medan dengan Kepala, Kasi Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan dan Kasi Pengendalian OPT Perkebunan, UPTD Proteksi Dinas Perkebunan Sumatera Selatan diketahui beberapa hal, yaitu: 1) Beberapa OPT yang banyak menyerang perkebunan PSR di Sumatera Selatan diantaranya adalah: Oryctes rhinoceros dan ulat api; 2) UPTD Proteksi Dinas Perkebunan Sumatera Selatan mengharapkan adanya kegiatan bersama dalam pengendalian OPT pada kebun-kebun PSR dan pengendalalian penyakit gugur daun karet Pestalotiopsis sp; 3) Laboratorium UPTD Proteksi Dinas Perkebunan Sumatera Selatan, telah memproduksi APH Trichoderma sp untuk kepentingan petani pekebun, namun peralatan yang ada laboratorium 80% sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi sesuai dengan fungsinya.
Petugas BBPPTP Medan juga melakukan Bimbingan kepada Pejabat dan petugas Laboratorium UPTD Proteksi Dinas Perkebunan Sumatera Selatan berkenaan dengan laboratorium dan produk yang dihasilkannya. Sebagaimana diketahui Laboratorium UPTD Proteksi Dinas Perkebunan Sumatera Selatan aktif dalam memperbanyak APH Trichoderma sp dalam bentuk isolat, pellet dan kompos. Produk APH Trichoderma dalam bentuk kompos telah rutin di minta oleh pekebun di Sumatera Selatan. Laboratorium belum berhasil melakukan perbanyakan APH selain Trichoderma, karena selalu kontaminan. Hal ini dapat terjadi karena kurang sterilnya peralatan dan alat yang digunakan. Disarankan agar ruang inokulasi terpisah dengan ruang pemeliharaan mikroba lainnya dan dilakukan sterilisasi dengan benar terhadap peralatan dan ruangan bila telah dan akan digunakan. Hasil ke kunjungan ke laboratorium UPPT proteksi di dapati ruangan laboratorium tidak sesuai dengan standar laboratorium mikrobiologi umumnya. Selain berkenaan dengan laboratorium dan peralatannya dalam kesempatan ini juga telah disampaikan materi mengenai “Biopestisida Asal Jamur dan Pembuatannya”.
Kunjungan ke Pusat Penelitian Karet Sembawa dilakukan dalam rangka konsultasi terhadap beberapa bermasalahan komoditi karet di Indonesia. Serangan penyakit Pestalotiopsis sp, masih dijumpai diseluruh daerah penanaman karet dengan tingkat serangan yang masih tinggi, penurunan produksi karena penyakit ini dapat mencapai 20 – 30% dan pengendalianya saat ini masih mengandalkan pestisida berbahan aktif Hexaconazol dengan cara Fogging, namun dengan harga karet yang masih sangat rendah maka untuk mengurangi ongkos produksi dan meempertahankan pertanaman karet maka di dianjurkan mengendalikannya dengan pemupukan. Dengan adanya pemupukan maka recovery pembentukan dan pertumbuhan daun tanaman dapat berlangsung lebih cepat. Aplikasi pemupukan sebaiknya dilakukan 1 bulan sebelum puncak produksi, sehingga pada saat puncak produksi tanaman memiliki daun. Pengendalian penyakit gugur daun karet Pestalotiopsis sp kedepannya disarankan dengan teknologi menggunakan klon tahan dan penggunaan biofungisida.
Selain itu beberapa hal yang dapat disarankan dalam meningkatkan gairah pertanaman karet diantaranya: adanya pembelian karet yang terorganisir sehingga harga dapat stabil, serta adanya pengolahan hasil karet yang dapat dilakukan oleh petani (produksi karet gelang oleh petani karet di Kec. Muba, Kab.Banyuasin)
Beberapa kajian yang sedang dilaksanakan oleh Puslit Karet dalam meningkatkan pendapatan dari pertanaman karet diantaranya: karet dengan jarak tanam lebar (18 meter) sehingga gawangan karet dapat ditanam dengan tanaman lain (padi, jagung, kopi dll) dan konversi dari tanaman kelapa sawit ke karet dengan menggunakan klon karet produksi tinggi dan karet hanya di pelihara selama 15 tahun selanjutnya akan di kembalikan ke kelapa sawit. Tujuan dari konversi ini adalah selain memutuskan siklus hidup penyakit busuk pangkal batang Ganoderma juga untuk mengurangi ongkos replanting pada saat penanaman kelapa sawit, karena tidak ada biaya bongkar chipping.