BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

MONITORING SERANGAN OPT BENIH KAKAO YANG AKAN DISALURKAN KE DESA JUHAR GINTING SADA NIOGA KECAMATAN JUHAR KABUPATEN KARO

Diposting     Jumat, 31 Maret 2023 01:03 pm    Oleh    Admin2 BBPPTP Medan



Kristina Renawati Turnip dan Manippo Simamora

(POPT Ahli Muda BBPPTP Medan)

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan, dan devisa negara. Pengembangan budidaya kakao di Kabupaten Karo masih mengalami beberapa hambatan. Hambatan yang paling terasa adalah serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) serta sumber daya manusia yang masih rendah. Sebagian besar petani kakao hanya mendapatkan keahlian bercocok tanam kakao yang diwariskan dari orangtua pendahulu mereka dan masih bersifat tradisional. Faktor-faktor kehilangan hasil produksi tanaman dapat disebabkan oleh tinggi rendahnya populasi OPT, bagian tanaman yang terserang OPT, intensitas serangan OPT, fase pertumbuhan, varietas tanaman, budidaya tanaman dan tindakan pengendalian OPT.

Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kementerian Pertanian yang diberikan tugas untuk monitoring serangan OPT benih kakao dalam mendukung program penyaluran benih komoditi perkebunan kepada kelompok tani di Kabupaten Karo Kecamatan Juhar Desa Juhar Ginting Sada Nioga merupakan salah satu wilayah binaan BBPPTP Medan. Jumlah benih kakao yang disalurkan sebanyak 7.500 batang, Jenis varietas / klon kakao adalah Hybrid F1 (ICS 60 TSH 858) dengan umur benih 5 bulan.

Gambar 1. Monitoring Benih OPT Kakao

Hasil monitoring OPT benih kakao yang berasal dari nursery BBPPTP Medan akan disalurkan ke Desa Juhar Ginting Sada Nioga Kecamatan Juhar Kabupaten Karo, yaitu :

Gambar 2. Spodoptera spp.

Larva  Spodoptera spp. ditemukan di bawah daun tanaman (Gambar 2). Serangga ini bersifat polipag (memiliki banyak tanaman inang baik dari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, maupun gulma). Hama ini pada umumnya menyerang tanaman muda atau pada fase pembibitan. Larva hidup di bawah permukaan tanah. Larva muda  makan di bagian permukaan, biasanya di bagian bawah daun. Bagian daun yang dimakan biasanya berwarna semi transparan. Larva muda dapat memintal benang sehingga larva dapat berpindah karena terbawa angin. Larva makan lebih aktif pada malam hari. Sedangkan larva yang lebih tua memakan seluruh bagian daun kecuali tulang daun sehingga daun-daun yang terserang terlihat berwarna putih.

Pengendalian Spodoptera spp. dapat dilakukan dengan pemanfaatan agens hayati seperti Nuclear Polyhedrosis Virus (NPV), jamur entomopatogen seperti Beauveria bassiana, Metarhizium anisopliae, Nomuraea rileyi, dan Lecanicillium lecanii, menggunakan parasitoid dan predator, menggunakan nematoda entomopatogen (NEP),  pestisida nabati, tanaman perangkap, dan varietas tahan

Gambar 3. Gejala serangan Apogonia sp.

Kumbang Apogonia sp. adalah serangga hama pemakan daun kakao. Menyerang tanaman muda pada malam hari. Kumbang tersebut berbeda dengan serangga hama lain yang memakan daun mulai dari pinggir, akibatnya menjadi robekan besar pada helaian daun. Hama ini memakan daun sehingga daun menjadi rusak dan berlubang. 

Pengendalian Apogonia sp. yang dapat dilakukan dengan menggunkan perangkap lampu yang digunakan memberikan respon fototaksis positif yang menarik hama kumbang malam bibitan yaitu Apogonia sp. Hal ini menjadi dasar penggunaan perangkap lampu sebagai sarana monitoring dan alternatif pengendalian hama. Pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan apabila berdasarkan analisis ekosistem populasi telah mencapai ambang kendali dengan pertimbangan bahwa populasi tersebut akan merusak labih lanjut.

Gambar 4. Gejala serangan penyakit antraknosa daun

Penyakit antraknosa dapat menyerang daun, batang dan buah kakao, disebabkan oleh jamur Colletotrichum gloeosporioides menyerang bagian daun dari pinggir daun berawal berwarna kuning (Gambar 4a), lalu kecoklatan seperti terbakar kemudian daun mengoyak akibat tidak dapat berfotosintesis kembali karena daun sudah rusak total (Gambar 4b).

Pengendalian penyakit antraknosa dapat dilakukan dengan pemanenan sesering mungkin pada buah–buah yang sudah masak dilakukan untuk mencegah kehilangan panen karena infeksi yang sangat ringanpun dapat menyebabkan penurunan mutu biji kakao, bibit harus ditanam sesuai anjuran untuk menjaga kelembaban udara. Pemangkasan dengan metode yang tepat pada tanaman kakao sangat penting untuk dilakukan. Pengendalian gulma harus dilakukan secara teratur, terutama di awal dan selama musim hujan untuk meningkatkan sirkulasi udara dan mengurangi kelembaban di kebun kakao. Penghapusan jalan semut yang terbuat dari tanah yang menempel pada buah kakao dapat menjadi  sumber infeksi yaitu: spora yang terbawa dari tanah yang terinfeksi dan terbawa oleh semut itu sendiri. Penggunaaan mulsa juga dapat mengurangi inokulum dari tanah ke buah kakao yang menempel pada batang yang dekat tanah.


Bagikan Artikel Ini