MONITORING DAN EVALUASI OPT KELAPA SAWIT PADA LOKASI PEREMAJAAN SAWIT OLEH KLINIK TANAMAN BBPPTP MEDAN DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI
Diposting Selasa, 15 November 2022 10:11 pmYenni Asmar, Ida Roma T.U. Siahaan, Sry Ekanitha Pinem dan Desianty D.N. Sirait
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu sentra komoditas kelapa sawit yang banyak dikelola oleh pekebun (masyarakat). Pada tahun 2017, telah dilakukan penanaman perdana kelapa sawit melalui program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) di Kabupaten Serdang Bedagai.
Pelaksanaan kegiatan replanting/peremajaan tanaman kelapa sawit tidak lepas dari adanya serangan hama penyakit. Untuk mengetahui jenis OPT yang menyerang pada lokasi replanting/peremajaan tanaman kelapa sawit milik pekebun, maka dilakukan monitoring dan evaluasi oleh tim Layanan Klinik Tanaman BBPPTP Medan pada Kelompok Tani Maju Bersama dan Perkumpulan Kelompok Tani Serba Jadi Maju di Kecamatan Serba Jadi Kabupaten Serdang Bedagai.
Pada areal tanaman kelapa sawit milik Bapak Salmon Damanik (Ketua Kelompok Tani Maju Bersama) yang telah berusia lebih dari 2 tahun diperoleh data berupa serangan hama Oryctes rhinoceros dengan tingkat serangan ringan sebesar 50-60 % dan serangan hama tikus sekitar 1%. Sedangkan pada lokasi replanting tanaman kelapa sawit milik Ibu Sri Ngena br. Barus (Perkumpulan Kelompok Tani Serba Jadi Maju), yang berumur kurang dari 1 tahun setelah tanam, OPT yang menyerang berupa hama Oryctes rhinoceros dengan tingkat serangan sedang sebesar 80%.
Kepada kelompok tani disarankan untuk melakukan pengendalian hama yang terdapat pada lokasi replanting/peremajaan tanaman kelapa sawit secara bersama-sama agar serangan OPT tersebut tidak menyebar ke lokasi lain dan memusnahkan sumber serangan di lapangan baik terutama bahan organik yang masih menumpuk.
Rekomendasi pengendalian hama Oryctes rhinoceros adalah sebagai berikut :
1. Kultur Teknis, melalui pemupukan yang lengkap dan berimbang, sanitasi sampah/bahan organik yang dapat menjadi sarang, sanitasi sisa tanaman saat replanting, dan menanam tanaman penutup tanah (LCC).
2. Mekanis/fisik, melalui pengutipan larva dan kumbang di sarangnya, pendongkelan kumbang pada tanaman muda, penggunaan perangkap (feromon), perangkap dengan sarang buatan,
3. Biologi; pengendalian dilakukan dengan cara menaburkan 20 g/m2 jamur Metarhizium (dalam medium jagung) pada tumpukan tandan kosong kelapa sawit dan 1 kg/batang kelapa sawit yang telah ditumbang dan penularan kumbang dengan Baculovirus, dan
4. Kimia, melalui pengolesan bahan kimia setelah perlakuan pembedahan dan infus batang.
Pengendalian hama tikus dilakukan dengan cara :
1. Kultur Teknis, melalui membersihkan kebun dari gulma yang mengganggu terutama di sekitar piringan, melakukan pemangkasan (pruning) untuk tanaman yang telah berusia 5-7 tahun perlu dipangkas secara berkala setiap setahun sekali. Metode pelaksanaannya yakni membuang semua pelepah yang berada sampai 2 pelepah di bawah TBS yang masak, demi menjaga tingkat keseimbangan struktur pohon kelapa sawit, usahakan pohon tersebut masih mempunyai 48-64 pelepah.
2. Mekanis/fisik, melalui pembongkaran sarang/gropyokan dan perangkap hidup/mati,
3. Biologi; dengan cara memelihara burung hantu (predator tikus) dengan membuat RUBUHA (Rumah Burung Hantu) di sekitar kebun. Tidak mengganggu keberadaan burung hantu (Tyto alba) dan tidak memburunya.
4. Kimia, melalui penggunaan umpan beracun dan fumigasi sarang/emposan
Untuk antisipasi kelangkaan pupuk kimia di lapangan, maka kepada kelompok tani juga disarankan untuk membuat pupuk kompos dengan memanfaatkan bahan-bahan yang terdapat di sekitar lokasi baik berupa kotoran ternak, tandan kosong kelapa sawi dan lain-lain secara bersama-sama.