BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

DAMPAK EKSPLOSIVE ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN(opt) TERHADAP PRODUKSI LADA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

Diposting     Jumat, 23 Desember 2022 08:12 am    Oleh    Admin2 BBPPTP Medan



Namsen S S Girsang,SP (POPT Ahli Muda)

Terdapat beberapa tanaman rempah yang merupakan sumber devisa negara salah salah satunya adalah tanaman Lada. Prospek pengembangan lada walaupun bukan komoditas unggulan tetapi memiliki potensi pasar ekspor yang cukup luas. Pada tahun 2015 volume produksi lada nasional 58.075 ton dan bernilai 548.193 US$ namun mengalami penurunan pada tahun 2016 dengan volume produksi lada nasional sebesar 33.645 ton dan bernilai 319.8 juta US$ (Ditjenbun, 2017).

Tercatat bahwa hampir di seluruh propinsi diwilayah Indonesia memberikan kontribusi terhadap penambahan devisa dari komoditi lada, berikut ini beberapa produksi lada menurut propinsi di Indonesia dari tahun 2017 – 2021.

Produksi lada dapat mengalami kenaikan apabila dikelola dengan baik dalam system budidayanya, namun berbagai factor dapat mempengaruhi proses produksi. Beberapa factor yang dapat memepengaruhi produksi tanaman lada antara lain luas lahan, jumlah tanaman lada, tinggi tanaman lada, rendemen cangkang ke bulir hijau, rendemen bulir hijau ke lada hitam, teknologi. Serangan hama dan penyakit sangat relevan karena serangan hama dan penyakit sangat sulit dikendalikan, bahkan penggunaan pestisida tidak dapat mengurangi serangan hama dan penyakit. Kondisi di lapang bahwa petani sulit mengendalikan hama dan penyakit lada khususnya penyakit busuk pangkal batang dan hama penggerek batang.(Zahara,dkk.2014).

Serangan hama dan penyakit tanaman memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap tanaman termasuk penurunan hasil panen,menurut laporan Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2021, serangan penyakit tanaman dan hama menurunkan produksi tanaman global hingga 40 persen. Setiap tahun, katanya, kerugian ekonomi global ditaksir mencapai lebih dari 220 miliar dolar akibat penyakit tanaman. Nilai tersebut masih ditambah dengan kerugian akibat serangga invasif yang mencapai 70 miliar dolar. “Cuaca yang tidak menentu terkait pemanasan global menciptakan kondisi ideal bagi serangga hama,” (Ali, 2022).

Beberapa OPT yang menimbulkan penurunan produksi lada adalah Penyakit kuning dan Busuk Pangkal Batang (BPB). Serangan penyakit kuning dan BPB cukup menyebar di wilayah Indonesia dari yang ringan hingga berat. Serangan terberat berada di Lampung dan Pulau Bangka. Penyakit kuning disebabkan oleh nematoda puru akar yang menyerang serabut-serabut akar hingga membengkak sehingga tidak bisa menyerap makanan. Penyakit kuning bisa terlihat dari warna daun lada yang menguning karena akar serabutnya sudah tidak ada. Jika akar serabutnya mati, nematoda akan mencari tanaman-tanaman lain. Saat terkena air hujan, nematoda bisa mengalir dan tersebar kemana-mana.“Sementara penyakit busuk pangkal batang menyerang pangkal batang yang berbatasan dengan tanah sehingga busuk dan tiba-tiba mati. Saat ditanam lagi ternyata tumbuh, namun saat mau berproduksi tanaman lada mati lagi.(wiratno,2018).

Pengendalian Penyakit Kuning dan BPB tentunya perlu direspon dengan cepat karena akan berdampak terhadap produksi tanaman.Beberapa upaya pengendalian yang dapat dilakukan adalah:

  1. Budidaya Tanaman Sehat
  2. Penggunaan Benih Unggul

Dalam penanaman tanaman lada haruslah menggunakan benih tanaman yang sehat.Penggunaan benih lada yang sakit akan menjadi sumber inokulum di lokasi yang baru.

  • Pencahayaan

Untuk pencahayaan tanaman lada hanya membutuhkan 50-75% pencahayaan, demikian juga tajar yang digunakan sebaiknya adalah tajar hidup. Kelebihan tajar hidup antara lain mudah didapat, mudah dipelihara, dan harga yang tidak terlalu tinggi. Beberapa tanaman yang dapat dijadikan tajar hidup lada antara lain dadap, kapok, glirisida, kalum-pang, angsana, dan kedondong pagar.

  • Pemangakasan

Sistem pemangkasan berbentuk sulur cacing dan sulur gantung dapat menekan infeksi P.capsici. Penggunaan A.pintoi sebagai tanaman penutup tanah yang disiang terbatas (bebokor) diketahui dapat meningkatkan populasi musuh alami penggerek batang lada.

  • Pembuatan Parit

Pembuatan parit dan saluran drainase di sekeliling kebun dapat mencegah penyebaran patogen dari lahan terinfeksi dan mencegah air yang menggenang di dalam kebun.

  • Pembakaran

Tanaman yang terserang BPB dimusnahkan dengan cara dibakar, dan lubang bekas tanam yang terserang juga dibakar dan disiram dengan bubur bordo.

  • Pengendalian Hayati dan Pemupukan

Agens hayati yang dapat digunakan untuk  mengendalikan penyakit BPB dan penyakit kuning seperti Trichoderma harzianum,  diberikan pada awal tanam yang ditambahkan bahan organik atau potongan alang-alang secara berkala. Penggunaan A.pintoi sebagai tanaman penutup tanah yang disiang terbatas (bebokor)  dapat meningkatkan populasi musuh alami penggerek batang lada.

Pengendalian penyakit kuning juga dapat dilakukan dengan aplikasi kombinasi bahan organik dengan bakteri Pasteria penetrans. Pemberian pupuk kandang, pengapuran,pemupukan tepat dan seimbang,

Kesimpulan

  1. Prospek pengembangan lada walaupun bukan komoditas unggulan tetapi memiliki potensi pasar ekspor yang cukup luas
  2. Serangan hama dan penyakit tanaman memiliki pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap tanaman termasuk penurunan produksi
  3. Beberapa OPT yang menimbulkan penurunan produksi lada adalah Penyakit Kuning dan Busuk Pangkal Batang (BPB)
  4. Pengendalian  Penyakit Kuning dan Busuk Pangkal Batang (BPB) dilakukan dengan budidaya tanaman sehat dan pengendalian hayati dan budidaya tanaman sehat.

Bagikan Artikel Ini