BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEHILANGAN HASIL AKIBAT SERANGAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN

Diposting     Senin, 26 Juni 2023 11:06 am    Oleh    Admin2 BBPPTP Medan



Eli Paska Siahaan, MP.*; Muklasin, SP.**

(*POPT Ahli Muda; **POPT Ahli Madya)

Apabila diadopsi dari defenisi kehilangan hasil akibat penyakit tanaman oleh Gaunt dan Robertson (1989), maka Kehilangan hasil (yield loss) adalah penyusutan kuantitas dan/atau penyusutan kualitas hasil disebabkan oleh Organisme Pangganggu Tumbuhan (OPT). Dilihat dari prosesnya, kehilangan hasil adalah akibat interaksi yang kompleks antara perkembangan OPT dan pertumbuhan serta perkembangan inang (Gaunt dan Robertson, 1989 dalam Rivai, 2006).

            Hal pertama yang harus dicermati dalam mempelajari kehilangan hasil adalah mengenai penyebab timbulnya kehilangan hasil tersebut, yakni OPT itu sendiri. Keberadaan OPT menyebabkan timbulnya luka pada tanaman yang mengakibatkan kerusakan sel atau jaringan, dan pada gilirannya, kerusakan inilah yang menyebabkan kehilangan hasil. Selanjutnya yang perlu diketahui adalah cara mengukur besarnya kerusakan yang diakibatkan oleh OPT.  Pengukuran kerusakan akibat serangan OPT bukanlah pekerjaan yang mudah atau agar mendekati keadaan sebenarnya memerlukan hitungan matematik yang rumit. Maka untuk mempermudah pengkuran keparahan serangan OPT dilakukan  dengan pemberian skala atau skor kerusakan akibat serangan OPT dan pengaruhnya pada potensi kehilangan hasil. Skala atau skor kerusakan dapat diketahui dari hasil-hasil penelitian, ataupun berdasarkan pengalaman petugas-petugas pengamat OPT yang kesehariannya selama bertahun-tahun bergelut dengan OPT dan dampaknya terhadap produksi atau kehilangan hasil.

            Apabila dihubungkan masalah kehilangan hasil tanaman dengan berbagai intensitas serangan OPT biasanya merupakan pekerjaan yang sulit, baik dilihat dari segi teori maupun pelaksanaan. Salah satu faktor yang menyebabkan kesulitan tersebut adalah karena sukarnya memperoleh data yang akurat, cepat dan mudah. Apalagi hal tersebut bergantung pada rancangan penentuan petak pengamatan dan metode pengambailan sampel yang akan akan dilaksanakan. Berdasarkan pada data yang terkumpul inilah nantinya dapat diduga bentuk hubungan antara intensitas serangan OPT dan kehilangan hasil dengan menggunakan berbagai model matematika. Memang terdapat faktor pengganggu yang memperlemah hubungan statistika antara variabel intensitas serangan dan variabel kehilangan hasil. Faktor pengganggu tersebut antara lain interaksi antara OPT dengan lingkungan, pengelolaan kebun atau tanaman, keberadaan tanaman inang lain dan keberadaan musuh alami, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, dalam menentukan bentuk hubungan antara intensitas serangan OPT dan kehilangan hasil, faktor pengganggu tersebut dianggap konstan. Mengukur kehilangan hasil tanaman untuk suatu wilayah tertentu, sudah jelas tergantung pada faktor geografis dan lingkungan, sehingga data yang diperoleh pada umumnya tidak mesti berlaku untuk sebarang tempat dan waktu. Bahkan data untuk suatu wilayah belum tentu sama untuk waktu yang berbeda.

            Zadoks dan Schein (1979) mengatakan bahwa belur yang berukuran sama belum tentu menimbulkan pengaruh yang sama pula terhadap hasil maupun kehilangan hasil. Misalnya, satu belur pada batang kentang yang dijangkiti penyakit busuk daun Phytophthora infestans, dapat membunuh batang berikut dengan 10 daun dan 50 anak daun, sedangkan satu belur pada anak daun, paling banyak hanya membunuh sehelai anak daun itu saja. Sebagai contoh dalam buku ini adalah kategori serangan hama helopeltis pada buah kakao memberikan skala/skor 3 (berat) pada kriteria > 1 tusukan baru pada buah ukuran < 10 cm dan skala/skor 1 (ringan) pada kriteria > 1 – 10 tusukan baru pada buah ukuran > 10 cm. Contoh lainnya adalah dengan tidak serta memberikan serangan mutlak pada tanaman kelapa sawit yang terserang busuk pangkal batang (Ganoderma boninense) karena tanaman yang terserang pada tahap awal masih tetap berproduksi sampai beberapa tahun hingga tanaman mati. Skala kerusakan yang diberikan adalah skala/skor 1 pada kriteria Daun tombak > 2 dan skala/skor 4 pada tanaman tumbang atau mati.

            Penghitungan kehilangan hasil adalah usaha untuk menduga, menaksir bahkan meramal tentang kehilangan hasil atau kerugian ekonomi yang mungkin akan dialami oleh petani, perusahaan pertanian, pengusaha agribisnis atau pemerintah akibat adanya serangan OPT pada pertanaman yang dibudidayakan. Hubungan intensitas serangan OPT dengan kehilangan hasil dapat ilustrasikan pada grafik berikut:

Pada kondisi pertanaman terserang OPT dengan intensitas serangan 40% diperoleh hasil panen sebesar 6 ton. Apabila serangan OPT terkendali hanya pada intensitas serangan 5% hasil panen dapat mencapai 10 ton. Serangan OPT dengan intensitas serangan 40% berarti mengakibatkan kehilangan hasil sebesar 4 ton.

            Penghitungan kehilangan hasil bagi petani atau produsen memiliki manfaat antara lain:

  1. Apakah keberadaan populasi/serangan OPT pada kebun akan merugikan atau menurunkan hasil panen dalam kisaran toleransi ekonomi.
  2.  Apakah diperlukan tindakan pengendalian atau pencegahan OPT. Apabila perlu berapa besar biaya pengendalian yang harus dikeluarkan.
  3. Teknik pengendalian apa yang akan digunakan, apakah cara kimiawi dengan pestisida kimia atau secara hayati menggunakan musuh alami, atau menggunakaan varietas tanaman tahan hama dan lain-lain.

Arti penting Penghitungan kehilangan hasil digunakan untuk menentukan nilai Ambang Pengendalian atau Ambang Kendali atau Ambang Ekonomi.

            Model penghitungan kehilangan hasil adalah dengan mengetahui hasil panen pada keadaan terserang OPT dengan intensitas serangan tertentu, lalu dihitung potensi hasil panen apabila tanaman tidak diserang OPT. Selisih antara potensi hasil panen apabila tanaman tidak diserang OPT dengan hasil panen pada keadaan terserang OPT adalah merupakan kehilangan hasil. Hasil panen pada keadaan terserang OPT selanjutnya disebut dengan Hasil Panen Per Satuan Luas dan potensi hasil panen apabila tanaman tidak diserang OPT disebut dengan Produktivitas Tanaman Per Satuan Luas. Penghitungan Produktivitas Tanaman Per Satuan adalah sebagai berikut:

Bahan Bacaan Rivai, F., 2006. Kehilangan Hasil Akibat Penyakit Tanaman. Andalas University Press, Palembang


Bagikan Artikel Ini