BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

PENGGUNAAN HERBISIDA SECARA BIJAKSANA DI PERTANAMAN KOPI

Diposting     Kamis, 30 November 2023 08:11 am    Oleh    Admin2 BBPPTP Medan



Wahyunita dan Eli Paska Siahaan

POPT Ahli Muda

Kopi merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa negara. Berdasarkan laporan Statistik Indonesia 2023 dari Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kopi Indonesia mencapai 794,8 ribu ton pada 2022, meningkat sekitar 1,1% dibanding tahun sebelumnya (Indonesiabaik.id, 2023). Berkaitan dengan prospek tanaman kopi yang cukup bagus di pasar dunia, maka pemerintah melaksanakan kegiatan intensifikasi, peremajaan dan perluasan areal pertanaman kopi (Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian RI, 2023). Salah satu bentuk kegiatan intensifikasi yang dapat dilakukan yaitu pengendalian gulma di areal pertanaman kopi yang merupakan kompetitor tanaman kopi.

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada suatu tempat yang tidak diinginkan, biasanya pada tempat dimana tumbuhan lain dibudidayakan. Pengaruh negatif gulma terhadap tanaman budidaya dapat terjadi karena kompetisi (nutrisi, air, Cahaya dan CO2), produksi senyawa penghambat pertumbuhan (alelopati), sebagai inang organisme pengganggu tumbuhan (OPT) baik serangga maupun patogen penyakit, serta menurunkan kualitas hasil karena adanya kontaminasi dari bagian-bagian gulma (Tjitrosoedirjo et al., 1984).

            Penurunan kualitas hasil tergantung berbagai faktor antara lain: kemampuan tanaman berkompetisi, jenis-jenis gulma, umur tanaman dan umur gulma, serta durasi mereka berkompetisi. Kompetisi diartikan sebagai perjuangan antara dua organisme atau lebih untuk memperebutkan obyek yang sama. Baik gulma maupun tanaman budidaya mempunyai kebutuhan dasar yang sama untuk pertumbuhan dan perkembangan yang normal, yaitu unsur hara, air, cahaya, ruang hidup, dan oksigen. Persaingan terjadi jika unsur-unsur tersebut tidak tersedia dalam jumlah yang cukup untuk keduanya (Utami dan Rahadian, 2010 cit. Sukman, 1991).

            Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetisi gulma di pertanaman kopi dapat menurunkan produksi biji 35% dari 12,5 kw/ha menjadi 7 kw/ha (Widiyanti, 2013), kompetisi gulma jenis Micania micrantha menyebabkan penurunan hasil kelapa sawit sebesar 20% dan akibat persaingan dengan gulma hasil tanaman kedelai bisa turun sampai 75% (Direktorat Bina Produksi Padi dan Polowijo, 1990). Sementara itu, kerugian yang ditimbulkan oleh gulma dari seluruh tanaman budidaya di Amerika Serikat rata-rata tiap tahunnya mencapai $ 7.989.201.000 (Aldrich, 1984). Selain itu di perkebunan besar, biaya pengendalian gulma pada tanaman kopi dewasa berkisar antara 15-30% dari biaya pemeliharan (Idris, 2019).

            Gulma yang selalu ditemukan di pertanaman kopi antara lain alang-alang (Imperata sylindrica), grinting (Cynodon dactylon), Ottochloa noduduca dari golongan rumput-rumput, Cyperus rotundus dari golongan teki, dan Mikania micrantha dari golongan berdaun lebar, Mimosa pudica, Borreria alata, Seteria licata, dan Ageratum conyzoides (Bina UKM, 2010 dan tim Dosen IPB, 2011).

            Pengendalian gulma dapat dilakukan untuk membatasi investasi gulma sedemikian rupa sehingga tanaman dapat dibudidayakan secara produktif dan efisien atau merupakan prinsip mempertahankan kerugian minimum yaitu menekan populasi gulma sampai pada tingkat populasi yang tidak merugikan secara ekonomi (Froud-Williams, 2002). Berbagai metode pengendalian gulma dapat diterapkan pada budidaya kopi. Salah satu metode tersebut adalah pengendalian kimiawi. Pengendalian kimiawi, yaitu penggunaan herbisida, merupakan metode yang paling banyak digunakan karena tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi.

            Herbisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan gulma. Cara aplikasi herbisida yang benar membuat teknik pengendalian ini efektif dan efisien. Tidak hanya itu, cara aplikasi yang benar juga dapat meminimalisir dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari penggunaan bahan kimia tersebut.

            Salah satu cara aplikasi herbisida yang baik yaitu dengan memperhatikan beberapa hal penting sebelum aplikasi dilakukan, seperti: menentukan jenis herbisida, mengidentifikasi gulma sasaran, waktu aplikasi, rotasi semprot, dosis, dan konsentrasi herbisida.

            Jenis herbisida dapat diklasifikasikan salah satunya berdasarkan cara kerjanya, yaitu herbisida sistemik dan kontak. Herbisida sistemik adalah herbisida yang bekerja dengan cara masuk ke jaringan tanaman. Sedangkan, herbisida kontak adalah jenis herbisida yang bekerja secara kontak dan akan merusak bagian tumbuhan yang terkena herbisida tersebut.

            Sangat penting melakukan identifikasi gulma yang hendak dikendalikan. Tujuannya, agar herbisida yang diaplikasikan bekerja secara maksimal. Cara identifikasinya dapat dilakukan dengan menentukan area sampel, catat, proporsikan jenis gulma, dan simpulkan jenis gulma yang ada di area tersebut. Setelah itu, tentukan bahan aktif yang akan digunakan untuk mengendalikan gulma target tersebut. Untuk gulma berdaun sempit, dapat digunakan herbisida dengan bahan aktif glifosat, sulfosat, dan ammonium glufosinat. Untuk gulma berdaun lebar, dapat menggunakan bahan aktif metsulfuron methyl (KOMPAS.com, 2022).

            Penentu keberhasilan aplikasi herbisida salah satunya adalah memperhatikan waktu aplikasi. Waktu aplikasi berkaitan dengan keadaan gulma yang akan dikendalikan. Apabila gulma sangat peka, maka aplikasi herbisida sebaiknya dilakukan saat gulma masih muda dan pada cuaca kering dan cerah, untuk mencegah pencucian akibat air hujan.

            Program pengendalian dan interval penyemprotan perlu disusun berdasarkan pengamatan lapangan sebelum aplikasi dilakukan. Rotasi semprot tergantung dari umur tanaman, jenis gulma, jenis herbisida, jenis tanah, kerapatan gulma, dan keadaan iklim setempat. Rotasi penyemprotan sangat penting dilakukan agar gulma dapat terkendali dengan optimal.

            Dosis dan konsentrasi herbisida sangat penting dalam aplikasi herbisida. Dosis adalah jumlah herbisida (liter) yang diperlukan per satuan luas (ha). Dosis merupakan nilai tetap dan besarnya ditentukan oleh jenis sasaran serta kondisi gulma yang dikendalikan. Konsentrasi adalah jumlah herbisida dalam satuan volume larutan. Konsentrasi herbisida perlu dihitung dengan akurat, agar herbisida yang digunakan bisa larut dengan sempurna.


Gambar 1. Tanaman kopi yang berada di dekat permukaan tanah mengalami klorosis akibat aplikasi
            herbisida yang tidak bijaksana, di Kabupaten Deli Serdang SUMUT pada kegiatan Evaluasi SILAP OPT 2023

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut, dan memastikan seluruh bagian gulma terkena bahan aktif herbisida tersebut. Tujuannya agar gulma dapat dikendalikan dengan optimal. Hal lain yang perlu diperhatikan, gunakan nosel Refleks untuk mendapatkan butiran semprot yang besar saat menyemprot di suatu titik/area, karena butiran semprot yang besar tidak mudah menyimpang, jadi semprotan cenderung tidak mudah melayang dan merusak tanaman lain di dekatnya (pesticide.com, 2023).


Bagikan Artikel Ini