BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN CENGKEH (Syzygium aromaticum) RAMAH LINGKUNGAN

Diposting     Selasa, 01 November 2022 09:11 am    Oleh    Admin Balai Medan



Namsen S.S. Girsang (POPT Ahli Muda)

Cengkeh merupakan salah satu komoditas rempah rempah yang berasal dari Indonesia. Tanaman cengkeh dikenal dengan nama ilmiah Syzygium aromaticum, sebelumnya disebut Eugenia caryophyllata, berasal dari Kepulauan Maluku. Sejak + 2000 tahun yang lalu di India dan Tiongkok, cengkeh untuk mengobati sakit gigi dan mencegah bau nafas yang tidak enak (Semangun, 2014).Produksi Cengkeh menurut data Food Agriculturan Organization (FAO) pada tahun 2020 mencapai 133.604 ton.Tanaman cengkeh selain digunakan untuk obat obatan juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Berdasarkan data Kementerian Pertanian diketahui bahwa volume ekspor cengkeh Indonesia sekitar 47,7 ribu ton.Jika dibandingkan dengan data tahun 2019 maka terlihat bahwa Jumlahnya melonjak 84% yaitu sebanyak 25,9 ribu ton (Vika.,2022).Selain untuk kebutuhan ekspor tanaman cengkeh juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Tingginya kebutuhan nasional mendorong pemerintah untuk melakukan pengembangan dan perluasan tanaman cengkeh.Perluasan areal tanaman cengkeh tentunya diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan memenuhi kebutuhan eksport dan dalam negeri.Dampak serangan Organisme Pengganggu Tanaman pada tanaman cengkeh tentunya harus di minimalisir ,salah satu cara pencegahan dampak serangan Organisme Pengganggu Tanaman pada tanaman cengkeh adalah dengan melakukan pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman pada tanaman Cengkeh sehingga penggunaan pestisida dalam pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman dapat diminimalisir dan efek residu berkurang.
Terdapat beberapa Organisme Pengganggu Tanaman ((OPT) utama tanaman cengkeh yang menimbulkan penurunan produksi apabila tidak dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian. Organisme Pengganggu Tanaman tersebut adalah Jamur Akar Putih (JAP), Embun Jelaga , Mati ranting (Die Back), Cacar Daun Cengkeh (CDC),Penggerek Batang Cengkeh (PBC), Penggerek Cabang Cengkeh, Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC), (Astuti dan Maryani, 2016).
a. Penyakit Tanaman Cengkeh
1. Cacar Daun Cengkeh (CDC)
Gejala serangan :
Penyakit cacar daun cengkeh dapat dikenali dengan ciri ciri daun muda berwarna kemerahan, terdapat bagian daun yang melepuh (bercak-bercak seperti kulit terkena api) dan pada bagian tengah biasanya terdapat titik-titik hitam yang merupakan spora dari cendawan. Bila tepi daun yang terserang,daun akan berlekuk-lekuk dan bagian permukaan dan bergelombang (Liptan, 1991)
Serangan berat daun cengkeh akan mengkriting dan akhirnya gugur. disebut cacar daun karena pada permukaan daun yang terserang timbul bercak-bercak yang menggelembung seperti terkena api. Selain menyerang daun, gejala penyakit CDC kadang-kadang terlihat pada bunga dan buah (Asman,1988).

Gbr. 1.a. Cacar Daun Cengkeh tanaman muda, b. Spora cendawan berupa titik hitam, c. Gejala serangan Berat.
Penyakit cacar daun cengkeh disebabkan oleh cendawan Phyllosticta sp. Penyakit ini muncul dan menyerang pada bagian tanaman yang lemah yaitu pada kondisi kelembaban yang relative rendah dan kurang cahaya serta rendahnya aliran panas, karbon dan uap air. Selain itu penyebaran inoculum dapat terjadi melalui air hujan dari tajuk bagian atas dan dari daun daun yang gugur karena (Asman 1988).
2. Embun Jelaga
Gejala Serangan :
Gejala serangan tanaman yang terserang embun jelaga awalnya bercak putih pada daun bagian bawah Bercak putih itu berkembang dengan cepat dan membentuk lapisan kehitaman dan lengket dipermukaan daun. Bercak putih tersebut merupakan jamur penyebab embun jelaga (Pusluhtan kementan,2019).
Selaput hitam yang menutupi merupakan miselium dari cendawan Capnodium sp. cendawan ini mudah mengelupas jika digosok menggunakan tangan dan mudah diterbangkan angin jika sudah kering. Miselium yang menutupi permukaan atas daun menyebabkan terhambatnya proses asimilasi tanaman. Cendawan tidak hanya terdapat pada daun, tetapi juga pada ranting dan buah. (Asman 1988).

Gbr.2. Penyakit Embun Jelaga pada tanaman Cengkeh
Penyakit embun jelaga disebabkan oleh Capnodium sp. Termasuk dalam family Capnodiaceae. Ternyata embun jelaga dapat disebarkan melalui spora yang diterbangkan oleh angin. Ketika udara cukup kering, selaput hitam embun jelaga dapat terlepas dan kemudian menyebar ke tempat lain karena angin atau tetesan air hujan (Fiani dkk, 2011).
Diketahui pula bahwa embun jelaga dapat menyebar melalui serangga pembawa penyakit (vektor). Serangga tersebut yaitu kutu putih dan semut. Terkadang kedua serangga ini berkumpul dan mempercepat tanaman terserang embun jelaga. Biasanya serangga mendatangi pangkal daun atau pangkal buah. Serangga menghisap gula dari tanaman dan bekas hisapan tersebut menjadi tempat tumbuh jamur. Jamur akan tumbuh dan mengambil gula dari tanaman (Pusluhtan Kementan, 2019).
3. Mati Ranting/Mati Pucuk ( Die Back)
Gejala serangan
Gejala yang dimunculkan adalah daun pada beberapa cabang berubah warna dari kekuning-kuningan menjadi menguning dan pada akhirnya akan rontok, diikuti dengan matinya cabang tersebut. Tanaman tetap hidup tetapi sebagian dahannya mati.
Penyebab
Penyebab penyakit ini adalah membusuknya sebagian perakaran tanaman sehingga mengganggu pengambilan zat hara dari dalam tanah. Biasanya penyakit ini terjadi pada tanaman umur 5 tahun ke atas yang telah menghasilkan bunga, terutama pohon yang tumbuh dekat dengan permukaan air.
4. Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC)
Gejala serangan
Penyakit BPKC pada tanaman Cengkeh dikenal dengan nama “Penyakit Sumatera” (Sumatera Disease) atau penyakit mati bujang atau penyakit mati gadis (Reitsma, 1953; Hadiwijaya, 1954). Penyakit Bakteri Pembuluh Kayu Cengkeh (BPKC) muncul pertama kali tahun 1931, dan menimbulkan eksplosif di Sumatera Barat tahun 1960an (Djafarudin et, al).
Terdapat 2 tipe serangan yang paling sering terjadi di pertanaman cengkeh yaitu :
1. Mati Cepat atau Mati layu (wilt die back)
Gejala serangan mati cepat atau mati layu ditunjukkan dengan ciri ciri daun daun gugur mendadak, ranting-ranting pada cabang dekat pucuk atau pada pucuk mati. Daun mulai gugur dari atas ke bawah,gugur daun terjadi selama beberapa minggu atau bulan. Kadang-kadang cabang seluruh tanaman muda layu secara mendadak, sehingga daun yang kering dan berwarna cokelat tetap melekat pada pohon untuk beberapa waktu. Jika ranting tanaman dipotong kemudian dicelupkan ke dalam air akan muncul massa bakteri berbentuk seperti kabut. Seluruh tanaman mati dalam waktu 2 tahun sejak permulaan timbulnya gejala.
2. Mati Lambat atau mati karena menua (senescence die back).
Pada serangan mati lambat atau mati karena menua terlihat gejala terjadi secara bertahap, seluruh daun menguning lalu gugur bagian demi bagian. Daun dewasa menjadi tua sebelum waktunya. Masa gugur daun dapat berganti dengan pulihnya pohon, mati ranting dan cabang terjadi diseluruh pohon. Tanaman mati 3-6 tahun sesudah menampakkan gejala. batang dan akar pohon yang mati secara lambat ini tidak mengeluarkan lendir bakteri jika di lembabkan. (Bennett et al., 1979)
Penyebab
Penyebab BPKC adalah dikarenakan penularan dari pohon sakit ke pohon yang terserang BPKC ke tanaman sehat melalui vektor berupa serangga Hindola fulfa (di Sumatera) dan H. striata (di Jawa). Pola penyebaran penyakit ini umumnya mengikuti arah angin. Penularan penyakit ini dapat pula melalui alat-alat pertanian seperti golok, gergaji, sabit yang digunakan untuk memotong pohon sakit.
b. Hama Pada Tanaman Cengkeh
Selain penyakit tanaman cengkeh kerusakan dan penurunan produksi tanaman cengkeh dapat juga disebabkan oleh adanya serangan Hama. Beberapa hama yang menyerang tanaman cengkeh adalah Penggerek Batang dan Penggerek ranting.
1. Penggerek batang (Nothopeus hemipterus, Oliu, dan Nothopeus fasciatipennis)
Gejala serangan
Hama ini menggerek batang hingga pembuluh xylem dan mengakibatkan terhambatnya transportasi unsur hara dan air ke seluruh bagian tanaman sehingga tanaman akan meranggas terlihat adanya sisa sisa ranting-ranting yang kering. dan mati dalam waktu singkat. Stadia penggerek batang cengkeh yang dianggap paling berbahaya adalah larva, yang mampu bertahan hidup di lubang gerekan selama 130 hingga 350 hari. (Ahkmad,dkk.2021).
Penyebab
Penyebab lubang gerekan pada tanaman cengkeh adalah adanya serangan dari hama Nothopeus hemipterus, Oliu, dan Nothopeus fasciatipennis yang meletakkan telur pada lubang gerekan.

2. Hama Penggerek Ranting (Coptocercus biguttatus Dinov.)
Gejala Serangan
Biasanya gejala serangan ditemukan pada pohon yang hijau terlihat ranting dan daun mengering, di temukan lubang gerekan bila di belah nampak liang gerekan larva ditengah kayu mengerah keatas, biasanya serangan bersifat hama sekunder yakni pada keadaan tanaman cengkeh lemah / sedang dalam proses menuju kamatian. Lubang gerekan larva berukuran 1,8 mm.
Siklus hidup
Telur warna hijau muda/cerah dan mengkilat, panjang 3 mm tebal 1,7 mm, telur ditutupi oleh suatu sub stansi padat yang tembus cahaya, bila di perbesar kelihatan bentuk jala, telur di letakan terpisah-pisah dalam satu celah. Larva warna putih pucat. Nothopeus sp yang meletakkan telurnya pada batang dekat permukaan tanah. Kumbang, badan warna coklat emas/sayap dan abdomen biru tua. Ketika telurnya menetas, larvanya menggerek kulit sampai ke batang kayu.

3. Penggerek Ranting/Batang (Xyleborus sp)
Gejala Serangan
Bagian yang diserang : ranting/batang, Liang gerekan berupa lubang kecil,serangan hebat menyebabkan ranting/batang menjadi rapuh dan mudah patah.
Pengelolaan dengan cara:
A. Mekanis
• Tananam cengkeh yang terserang berat dilakukan eradikasi dengan cara ditebang dan dibakar untuk mengurangi sumber inoculum
• Membersihkan alat-alat pertanian yang telah digunakan di areal tanaman terserang, sebelum digunakan pada tanaman sehat.
• Penjarangan tanaman pada pertanaman yang mempunyai jarak tanam terlalu rapat.
• Membongkar tanaman mati/tumbang.
• Pemberian Gamping dan belerang pada lubang bekas tanaman yg mati.
• Menutup lubang bekas gerekan dengan pasak kayu serta memusnahkan telur-telur yang menempel pada kulit pada serangan Hama Penggerek Batang dan Cabang
• Pada tanaman yang terserang Penggerek Batang Cengkeh dapat dilakukan dengan membuka lubang gerekan dan mengambil larva yang ada di dalamnya kemudian dimusnahkan.

B. Kultur Teknis

• Melakukan Sanitasi dan eradikasi, pohon yang terserang berat segera ditebang dan dibakar agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.
• Pemberian pemupukan dengan menggunakan pupuk organik dan anorganik serta pemberian Dolomit untukmemperbaiki struktur tanah dan mengembalikan unsur hara tanah, serta tidak menggunakan pupuk kandang yang masih mentah atau belum diolah.
• Membersihkan sisa tanaman (tunggul) yang berada dilapangan
• Membersihkan gulma disekitar piringan tanaman
• Perbaikan saluran drainase.
• Penanaman penutup tanah untuk mempertahankan suhu dan kadar air tanah seperti: kacang tanah (Arachis hypogea) atau tanaman mirip kacang tanah (Arachis pintoi)
• Pengelolaan kebun secara rutin untuk memonitor penyakit sehingga bisa dilakukan pengendalian secara dini.
• Menghindari penanaman dekat hutan karena sumber penyakit berasal dari hutan, minimal jarak 5-10 Km dari batas pinggir hutan

C. Biologis/Hayati
• Aplikasi Trichoderma sp. Dengan dosis 100 g/pohon diulang 2 (dua) kali Aplikasi diiringi dengan pemberian pupuk organik dengan dosis 400 kg/hektar.
• Pada Hama Penggerek Batang/Cabang dapat dilakukan dengan menularkan suspensi jamur Beauveria bassiana ke dalam lubang gerekan.
Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman Cengkeh dapat dilakukan dengan cara:
• Menghindari penanaman dekat hutan karena sumber penyakit berasal dari hutan, minimal jarak 5-10 Km dari batas pinggir hutan
• Sanitasi dan eradikasi, pohon yang terserang berat segera ditebang dan dibakar agar tidak menjadi sumber penularan penyakit.
• Pengelolaan kebun secara rutin untuk memonitor penyakit sehingga bisa dilakukan pengendalian secara dini.
• Pemupukan lengkap dan pengapuran untuk mengembalikan unsur hara tanah, serta tidak menggunakan pupuk kandang yang masih mentah atau belum diolah.
• Menggunakan tanaman penutup tanah untuk mempertahankan suhu dan kadar air tanah seperti: kacang tanah (Arachis hypogea) atau tanaman mirip kacang tanah (Arachis pintoi).
• Pengendalian serangga Hindola spp. yang merupakan vektor dari BPKC
• Aplikasi Trichoderma sp. Dan Beaveria bassiana


Bagikan Artikel Ini