BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN MEDAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

PENGENALAN METABOLIT SEKUNDER APH UNTUK MENGENDALIKAN OPT KELAPA SAWIT BAGI PETANI PSR DI DESA UJUNG BANDAR KEC. SALAPIAN KAB. LANGKAT

Diposting     Jumat, 23 Desember 2022 07:12 am    Oleh    Admin2 BBPPTP Medan



Kristina Renawati T dan Ida Roma Tio Uli Siahaan

Kelompok Tani PSR Unit 3 KUD Harta di Desa Ujung Bandar,             Kec. Salapian, Kab. Langkat merupakan salah satu kelompok tani yang telah melakukan peremajaan kelapa sawit sejak program PSR dimulai pada tahun 2018. Secara umum petani PSR tersebut masih mengandalkan pestisida kimiawi sebagai salah satu cara pengendalian apabila ada serangan OPT di kebunnya. Namun pemanfaatan pestisida kimiawi memiliki dampak negatif baik kepada manusia, ekosistem (lingkungan) maupun untuk OPT yang dikendalikan karena dapat menyebabkan OPT menjadi lebih kebal dari sebelumnya. Untuk itu diperlukan alternatif bahan pengendali lain yang lebih aman bagi manusia, lingkunga, namun efektif bagi OPT sasaran. Metabolit sekunder merupakan salah satu solusi karena dapat dijadikan bahan pengendali OPT yang aman dan ramah lingkungan.        

Metabolit sekunder Agens Pengendali Hayati (APH) adalah senyawa organik APH yang dibentuk saat mendekati tahap stasioner/akhir pertumbuhan dan merupakan sisa metabolisme. Peran metabolit sekunder APH adalah sebagai pelindung tanaman, mampu mengatasi stres lingkungan, mampu mengatasi OPT yang berada di dalam tanaman, sebagai toksin, antibiotika, enzim, dan hormon. Metabolit sekunder sering juga disebut dengan pestisida organik. Jenis APH yang dimaksud antara lain jamur Trichoderma spp, Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae.

Pengenalan metabolit sekunder APH dalam pengendalian OPT bagi Kelompok Tani PSR Unit 3 KUD Harta di Desa Ujung Bandar merupakan bentuk pengawalan terhadap para petani PSR terkait pengelolaan OPT secara organik (dengan menggunakan metabolit sekunder APH) yang diselenggarakan oleh tim Klinik Tanaman BBPPTP Medan. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pemaparan materi tentang pembuatan dan peran metabolit sekunder APH kemudian berdiskusi interaktif dengan anggota kelompok tani terkait khususnya metabolit sekunder APH dalam mengendalikan OPT tanaman kelapa sawit. Petani juga dibekali dengan brosur/leaflet berisi informasi pembuatan metabolit sekinder. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 2022 bertempat di gudang milik ketua kelompok yaitu Bapak Cinta Sembiring. Pelaksanaan kegiatan ini dihadiri oleh 20 orang petani ditambah petugas UPPT Langkat yaitu Bapak Ismayadi, Bambang dan Ibu Martalina.

Tahapan pembuatan metabolit sekunder APH berupa Trichoderma spp., Metarhizium anisopiae,  dan Beauveria bassiana adalah:Biakan murni jamur antagonis Trichoderma spp., M. anisopliae, dan B. bassiana dikembangkan dalam media jagung. Medium jagung yang sudah diinokulasi Trichoderma spp., M. anisopliae, dan B. bassiana diinkubasi selama 6-7 hari (sebagai starter).

Diambil 2 bungkus stater lalu dilarutkan dalam 1 liter air steril. Diaduk hingga spora lepas dari jagung dan disaring. Air hasil saringan dimasukkan dalam jerigen yang telah berisi campuran (air cucian beras sebanyak 800 ml, air kelapa sebanyak 200 ml dan gula pasir sebanyak 20 sendok yang telah dimasak sampai mendidih) lalu didinginkan.

Selanjutnya jerigen ditutup rapat kemudian digoncang dengan menggunakan shaker selama 14 hari sampai larutan berwarna hijau tua (Trichoderma spp.) hijau lebih muda (M. anisopliae) dan putih (B. bassiana) serta mengeluarkan aroma seperti tape (fermentasi). Metabolit sekunder Trichoderma spp.,   M. anisopliae, dan B. bassiana siap untuk diaplikasikan.

Pengarahan Tentang Pembuatan Metabolit Sekunder
Diskusi dengan Kelompok Tani PSR Unit 3 KUD Harta di Desa Ujung Bandar

Metabolit sekunder APH mengandung antibiotika, toksin, enzim pengurai (kitinase, protease, dan lain-lain), hormon (PGPR/PGPF), senyawa volatile (mudah menguap), antimikroba, dan pendegradasi. Metabolit sekunder APH juga mampu untuk mengendalikan OPT kelapa sawit seperti busuk batang (Ganoderma boninense), kumbang badak (Oryctes rhinoceros), ulat api, hama verterbrata (babi hutan, tikus) dan sebagainya. Aplikasi metabolit sekunder APH dapat dilakukan dengan cara perendaman (biji, stek batang, akar bibit), pencelupan (akar bibit, stek), penyiraman (bibit, tanah sekitar tanaman), penyemprotan (permukaan bawah daun, batang, cabang), pengkabutan (bunga, bakal buah), penginfusan (batang, akar). Teknik penggunaannya dapat diaplikasi dengan cara memakai metabolit sekunder APH secara tunggal (1 jenis metabolit sekunder APH) dan campuran (gabungan beberapa metabolit sekunder APH). Dosis efektif metabolit sekunder APH berkisar 10-20 cc/ 10 liter air (tergantung tingkat serangan OPT di lapangan).  Disarankan dalam penggunaannya harus dilakukan sedini mungkin pada masa vergetatif (TBM) dan harus dilakukan serempak dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) agar hasilnya efektif di lapangan. Dari hasil kegitan ini tampak seluruh anggota Kelompok Tani PSR Unit 3 KUD Harta cukup merasa tertarik dengan diskusi metabolit sekunder APH yang dilakukan dan berharap kondisi kebun PSR mereka dapat sukses menghasilkan, sehingga memberikan peningkatan pendapatan bagi keluarga petani. Pada akhir kegiatan ini tim Klinik Tanaman BBPPTP Medan memberikan sebanyak 2 (dua) liter metabolit sekunder APH kepada anggota Kelompok Tani PSR Unit 3 KUD Harta, yang diwakili oleh ketua yaitu Bapak Cinta Sembiring.


Bagikan Artikel Ini